Berita Terkini

Tenggang Rasa Adalah: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Tepa Selira serta Empati

Wamena - Tenggang rasa merupakan nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat yang mengajarkan kita untuk saling menghormati perbedaan pandangan dan kepentingan tanpa harus mengorbankan prinsip diri sendiri. Di tengah keberagaman budaya dan sosial Indonesia, sikap ini menjadi perekat penting agar interaksi antarwarga tetap harmonis meskipun sering dihadapkan pada berbagai perbedaan. Tenggang rasa bukan sekadar kata-kata indah, melainkan praktik nyata yang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Website KPU, nilai tenggang rasa sangat relevan terutama menjelang dan selama proses pemilu, di mana perbedaan pilihan politik kerap menimbulkan gesekan antarwarga. Dengan menerapkan tenggang rasa, proses demokrasi dapat berjalan lebih damai, di mana pendukung berbagai calon tetap bisa berdampingan tanpa permusuhan. Artikel ini membahas pengertian, makna dalam Pancasila, perbedaan dengan konsep serupa, contoh penerapan, serta pentingnya bagi persatuan bangsa.​

Tenggang Rasa Adalah Sikap Menghargai Perasaan dan Kepentingan Orang Lain

Tenggang rasa pada hakikatnya adalah sikap sadar untuk memberi kelonggaran terhadap perasaan, pandangan, atau kepentingan orang lain dalam bermasyarakat, sehingga tercipta suasana saling pengertian tanpa paksaan. Sikap ini muncul dari kesadaran bahwa setiap individu memiliki latar belakang dan prioritas berbeda, sehingga memerlukan ruang untuk berekspresi bebas. Dalam praktiknya, tenggang rasa mendorong kita untuk tidak langsung menghakimi, melainkan mencoba memahami konteks sebelum bertindak atau berpendapat.

Konsep ini telah lama menjadi bagian dari kearifan lokal Indonesia, di mana masyarakat diajarkan untuk menjaga harmoni melalui fleksibilitas dalam berinteraksi. Tenggang rasa berbeda dari sikap acuh tak acuh karena tetap memperhatikan orang lain, tetapi dengan cara yang tidak mengganggu kenyamanan bersama. Di era modern yang penuh dinamika, sikap ini semakin diperlukan untuk mengelola konflik kecil sebelum membesar.

Dengan kata lain, tenggang rasa membangun budaya saling menghargai yang berkelanjutan, di mana perbedaan dipandang sebagai kekayaan bukan ancaman bagi kebersamaan sosial.​

Makna Tenggang Rasa dalam Nilai Pancasila

Tenggang rasa memiliki makna mendalam dalam Pancasila, khususnya sila kedua yang menekankan kemanusiaan yang adil dan beradab, di mana kita diwajibkan menghormati martabat sesama manusia tanpa diskriminasi. Nilai ini juga selaras dengan sila ketiga tentang persatuan Indonesia, karena sikap memberi ruang bagi perbedaan justru memperkuat ikatan kebangsaan di tengah kebhinekaan. Pancasila mengajarkan bahwa tenggang rasa adalah fondasi untuk mewujudkan masyarakat yang rukun dan damai.

Dalam konteks ketatanegaraan, tenggang rasa mendukung prinsip demokrasi yang sehat, di mana perdebatan politik tidak berujung pada permusuhan pribadi. Pemilu sebagai wujud kedaulatan rakyat memerlukan sikap ini agar proses berjalan lancar, dengan warga yang berbeda pilihan tetap menjaga hubungan baik. Makna Pancasila dalam nilai ini menegaskan bahwa tenggang rasa bukan pilihan, melainkan kewajiban moral bagi setiap warga negara.

Pada akhirnya, tenggang rasa memperkaya implementasi Pancasila sebagai ideologi yang hidup, menghubungkan nilai luhur dengan realitas kehidupan bermasyarakat yang plural.​

Perbedaan Tenggang Rasa, Tepa Selira, Empati, dan Toleransi

Tenggang rasa berbeda dengan tepa selira karena yang pertama lebih menekankan pemberian ruang untuk perbedaan, sedangkan tepa selira melibatkan pemberian kelebihan atau bantuan secara ikhlas kepada orang lain. Tepa selira bersifat lebih aktif dalam berbagi, seperti membantu tetangga tanpa pamrih, sementara tenggang rasa cukup dengan tidak mengganggu hak orang lain untuk berpendapat berbeda.

Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain secara emosional, seperti ikut prihatin atas kesulitan seseorang, tetapi tenggang rasa tidak selalu memerlukan kedalaman perasaan tersebut melainkan lebih pada tindakan praktis memberi kelonggaran. Empati bersifat internal, sedangkan tenggang rasa lebih eksternal dan berorientasi harmoni sosial.

Toleransi sering disamakan dengan tenggang rasa, padahal toleransi lebih bersifat pasif menahan diri dari konflik, sementara tenggang rasa proaktif menciptakan ruang dialog yang sehat. Keempat konsep ini saling melengkapi untuk membentuk budaya bermasyarakat yang matang.​

Contoh Sikap Tenggang Rasa dalam Kehidupan Sehari-hari

Salah satu contoh tenggang rasa adalah saat pemilu, ketika warga dari kubu politik berbeda tetap bisa berdiskusi secara santun di tempat umum tanpa saling menyerang, saling memberi ruang untuk menyampaikan argumen masing-masing. Sikap ini mencegah perbedaan pilihan menjadi sumber perselisihan pribadi, sehingga hubungan sosial tetap terjaga.

Contoh lain terlihat dalam kegiatan keagamaan di lingkungan RT, di mana warga mayoritas memberi kelonggaran bagi kelompok minoritas untuk melaksanakan ibadah tanpa gangguan, bahkan ikut menjaga keamanan acara tersebut. Praktik ini memperkuat rasa kebersamaan tanpa menghilangkan identitas masing-masing.

Di tempat kerja seperti KPU, tenggang rasa tercermin ketika rekan kerja saling mengakomodasi jadwal berbeda akibat kewajiban keluarga, sehingga produktivitas tim tetap optimal meskipun ada penyesuaian.​

Pentingnya Tenggang Rasa bagi Persatuan dan Keharmonisan Sosial

Tenggang rasa esensial bagi persatuan karena mampu meredam potensi konflik dari perbedaan, terutama di negara seperti Indonesia yang kaya keberagaman. Sikap ini menciptakan iklim di mana setiap kelompok merasa dihargai, sehingga memperkuat fondasi Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan nasional.

Dalam konteks pemilu, tenggang rasa menjamin proses demokrasi berjalan damai, di mana kekalahan diterima dengan lapang dada dan kemenangan tidak memicu euforia berlebih. Hal ini meningkatkan penerimaan hasil pemilu secara luas, mengurangi sengketa yang tidak perlu.

Keberlangsungan keharmonisan sosial bergantung pada generasi yang mempraktikkan tenggang rasa, menjadikannya warisan budaya yang relevan di tengah tantangan globalisasi dan dinamika politik modern.​

Baca Juga: Demokrasi Digital: Pengertian, Contoh Penerapan, dan Tantangannya

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 11 kali