Berita Terkini

Gotong Royong: Pengertian, Nilai, dan Perannya dalam Kehidupan Bermasyarakat

Wamena - Gotong royong telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia, di mana masyarakat saling bahu-membahu untuk menyelesaikan tugas bersama demi kepentingan umum tanpa mengharapkan imbalan pribadi. Nilai ini bukan hanya warisan budaya dari berbagai suku bangsa, melainkan juga pondasi utama dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis dan produktif. Di tengah keberagaman yang ada, gotong royong berfungsi sebagai perekat yang menyatukan perbedaan menjadi kekuatan kolektif.​

Bagi Website KPU, pembahasan gotong royong sangat relevan karena nilai ini mendukung proses demokrasi, terutama dalam pelaksanaan pemilu yang memerlukan kerjasama lintas elemen masyarakat untuk menjaga kelancaran dan keadilan. Gotong royong juga memperkuat semangat kewarganegaraan yang inklusif, di mana setiap warga merasa memiliki tanggung jawab terhadap suksesnya pesta demokrasi. Artikel ini menguraikan pengertian, nilai dalam Pancasila, bentuk penerapan, manfaat sosial, peran dalam demokrasi, serta tantangan di era modern.​

Pengertian Gotong Royong Secara Umum

Gotong royong secara umum didefinisikan sebagai kerja sama gotong royong antarindividu atau kelompok dalam masyarakat untuk mencapai tujuan bersama, yang berakar dari tradisi lokal seperti saling bantu dalam pertanian atau membangun infrastruktur desa. Konsep ini menekankan semangat kebersamaan di mana setiap peserta berkontribusi sesuai kemampuan masing-masing, tanpa memandang status sosial atau ekonomi. Pengertian ini telah diakui secara luas sebagai identitas bangsa yang membedakan Indonesia dari masyarakat individualis di negara lain.​

Lebih lanjut, gotong royong mencerminkan prinsip saling tolong-menolong yang alami dalam kehidupan berjamaah, di mana beban dibagi agar tidak menumpuk pada satu pihak saja. Secara etimologis, istilah ini berasal dari bahasa Jawa yang berarti "kerja bersama", tetapi telah meresap ke seluruh nusantara dengan adaptasi lokal seperti "mapalus" di Minahasa atau "awig-awig" di Bali. Pengertian ini terus relevan karena mampu menjawab kebutuhan kolektif di tengah keterbatasan sumber daya individu.​

Pada intinya, gotong royong bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga sikap mental yang membangun rasa memiliki terhadap komunitas, sehingga memperkuat ikatan sosial jangka panjang.​

Gotong Royong dalam Nilai-Nilai Pancasila

Gotong royong selaras dengan Pancasila, khususnya sila kelima tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, karena mendorong distribusi manfaat yang merata melalui kerjasama tanpa pamrih. Nilai ini juga mendukung sila ketiga mengenai persatuan, di mana gotong royong menjadi alat untuk menyatukan kebhinekaan menjadi kekuatan nasional yang utuh. Pancasila menjadikan gotong royong sebagai implementasi konkret ideologi negara yang hidup dalam praktik sehari-hari.​

Dalam kerangka Pancasila, gotong royong memperkaya sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, karena menjunjung martabat manusia melalui bantuan timbal balik yang manusiawi. Para pendiri bangsa sering merujuk nilai ini sebagai jembatan antara tradisi dan modernitas, sehingga gotong royong bukan hanya slogan tapi panduan perilaku warga negara. Hubungan ini menegaskan bahwa Pancasila lahir dari jiwa gotong royong rakyat Indonesia.​

Secara keseluruhan, gotong royong mempertegas Pancasila sebagai dasar negara yang dinamis, di mana nilai-nilai luhur tersebut diwujudkan melalui aksi nyata bermasyarakat.​

Bentuk-Bentuk Gotong Royong dalam Kehidupan Sehari-hari

Bentuk gotong royong yang umum terlihat dalam kegiatan membersihkan lingkungan desa atau kampung, di mana warga dari berbagai latar belakang berkumpul untuk membersihkan got, jalan, atau tempat ibadah secara bersama-sama. Aktivitas ini tidak hanya menjaga kebersihan, tapi juga mempererat silaturahmi antarwarga melalui obrolan santai selama bekerja. Bentuk ini sering dilakukan secara rutin sebagai bagian dari adat setempat.​

Lainnya adalah gotong royong membangun rumah ibadah atau fasilitas umum seperti balai desa, di mana masyarakat menyumbang tenaga, material, atau dana sesuai kemampuan tanpa paksaan. Di pedesaan, bentuk ini juga muncul saat musim panen atau bencana alam, seperti saling bantu angkut hasil tani atau evakuasi korban banjir. Praktik ini menunjukkan fleksibilitas gotong royong dalam berbagai konteks kehidupan.​

Di perkotaan, bentuk modernnya seperti karang taruna yang mengorganisir bantuan sosial untuk lansia atau anak yatim, mengadaptasi nilai tradisional ke era urban. Semua bentuk ini membuktikan gotong royong tetap hidup meskipun lingkungan berubah.​

Manfaat Gotong Royong bagi Kehidupan Sosial

Manfaat utama gotong royong adalah memperkuat solidaritas sosial, di mana warga merasa saling tergantung dan peduli, sehingga mengurangi kesenjangan antarkelompok. Secara ekonomi, kerjasama ini menghemat biaya karena tugas besar diselesaikan dengan sumber daya kolektif, memungkinkan kemajuan infrastruktur tanpa bergantung sepenuhnya pada pemerintah. Manfaat ini terasa nyata di daerah terpencil yang minim anggaran.​

Selain itu, gotong royong membangun rasa percaya dan toleransi, karena interaksi langsung melatih pemahaman terhadap perbedaan budaya atau pandangan. Secara psikologis, partisipasi dalam kegiatan ini meningkatkan kesejahteraan mental melalui rasa berguna dan dihargai oleh komunitas. Manfaat sosial ini berkelanjutan karena menciptakan lingkaran positif kebersamaan.​

Pada tingkat masyarakat, gotong royong mencegah konflik dengan membagi beban emosional, sehingga harmoni terjaga di tengah tekanan hidup modern.​

Gotong Royong dalam Kehidupan Demokrasi dan Kewarganegaraan

Dalam demokrasi, gotong royong berperan penting dalam pelaksanaan pemilu, seperti warga saling mengingatkan hak pilih atau membantu lansia ke TPS, memastikan partisipasi merata tanpa pilih kasih. Bagi KPU, nilai ini tercermin dalam kerjasama petugas dan saksi dari berbagai kubu untuk menjaga integritas proses, sehingga demokrasi berjalan adil dan transparan. Peran ini memperkuat kedaulatan rakyat sebagai inti sistem ketatanegaraan.​

Gotong royong juga mendukung kewarganegaraan aktif, di mana warga terlibat dalam pengawasan pemilu atau sosialisasi aturan tanpa imbalan, membentuk generasi yang bertanggung jawab. Dalam konteks pasca-pemilu, kerjasama ini meredam potensi konflik dengan fokus pada pembangunan bersama, bukan perpecahan politik. Demokrasi Indonesia unik karena gotong royong menjadi penyangga stabilitasnya.​

Secara keseluruhan, gotong royong menjadikan demokrasi bukan hanya hak pilih, tapi tanggung jawab kolektif untuk kebaikan umum.​

Tantangan dan Upaya Menjaga Nilai Gotong Royong di Era Modern

Tantangan utama gotong royong di era modern adalah individualisme yang dibawa globalisasi dan urbanisasi, di mana orang lebih sibuk dengan karir pribadi sehingga enggan ikut kegiatan kolektif. Teknologi juga mengurangi interaksi tatap muka, membuat kerjasama fisik semakin jarang. Tantangan ini terlihat di kota besar di mana gotong royong digantikan layanan berbayar.​

Upaya menjaga nilai ini meliputi pendidikan karakter di sekolah yang mengintegrasikan gotong royong dalam kurikulum, serta kampanye pemerintah melalui KPU untuk libatkan pemuda dalam simulasi pemilu gotong royong. Komunitas lokal juga bisa mengadakan festival gotong royong untuk menarik generasi milenial dengan pendekatan digital.​

Dengan komitmen berkelanjutan, gotong royong dapat direvitalisasi menjadi kekuatan adaptif yang relevan, menjaga identitas bangsa di tengah arus perubahan.

Baca Juga: Tenggang Rasa Adalah: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya dengan Tepa Selira serta Empati

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 9 kali