Berita Terkini

Panduan Pindah TPS Online: Syarat, Langkah, dan Cara Daftar

Wamena - Menyambut Pemilu, pemilih yang ingin menggunakan hak suara selain di TPS sesuai alamat KTP perlu memahami cara pindah TPS, terutama lewat jalur online yang makin memudahkan. Layanan pindah TPS online oleh KPU melalui aplikasi LindungiHakmu memberikan kemudahan pengajuan tanpa harus datang langsung ke kantor kecamatan atau kelurahan. Dengan prosedur digital ini, masyarakat bisa mengurus perpindahan tempat memilih dengan lebih praktis, asal memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Meski begitu, tidak semua orang bisa mengajukan pindah TPS online. Ada beberapa aturan serta tahapan yang harus diikuti agar pengajuan diterima dan suara bisa digunakan dengan sah di TPS tujuan. Dalam artikel ini, penjelasan tentang apa itu pindah TPS online, syarat, dokumen, langkah pengajuan, hingga batas waktu pendaftaran akan dibahas secara lengkap untuk membantu pemilih mengatur perpindahan hak pilihnya tanpa ribet. Apa Itu Pindah TPS Online? Pindah TPS online adalah proses pengajuan perubahan lokasi tempat pemungutan suara bagi pemilih yang sudah terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT) melalui situs atau aplikasi resmi KPU, yaitu LindungiHakmu. Dengan layanan ini, pemilih tidak perlu datang langsung ke kantor Panitia Pemungutan Suara (PPS) atau KPU Kabupaten/Kota, sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga. Mekanisme ini cocok bagi pemilih yang berada jauh dari TPS asal atau sedang tidak memungkinkan datang secara fisik. Namun saat ini, pengajuan pindah TPS secara sepenuhnya online belum berlaku untuk semua daerah dan kategori pemilih karena verifikasi masih diperlukan secara langsung di kantor penyelenggara pemilu setempat. Tetapi KPU terus berinovasi mempermudah jalur digital ini agar ke depan lebih banyak akses pindah TPS online yang bisa dilakukan tanpa tatap muka. Dasar Hukum: Formulir A5 dan Aturan Pindah Memilih Pindah TPS diatur dalam Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2023 yang mengamanatkan penggunaan Formulir A5 sebagai bukti resmi permohonan pindah memilih. Formulir ini wajib diterbitkan oleh PPS atau penyelenggara setempat setelah pemilih mengajukan pindah. Dalam konteks pengajuan online, data yang diisi di aplikasi LindungiHakmu akan diolah dan diverifikasi untuk kemudian diterbitkan formulir tersebut. Aturan juga menjelaskan alasan yang sah menerima permohonan pindah memilih, seperti tugas kerja, pendidikan, perawatan medis, dan kondisi darurat seperti bencana. Pemilih yang mengajukan pindah tanpa memenuhi ketentuan berpotensi ditolak sehingga Formulir A5 tidak akan diterbitkan. Siapa Saja yang Boleh Mengajukan Pindah TPS Online? Pemilih yang boleh mengajukan pindah TPS secara online adalah mereka yang sudah tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan memiliki alasan pindah yang diatur KPU. Biasanya, kategori pemilih yang bisa menggunakan layanan online adalah: Mahasiswa atau pelajar yang sedang berada jauh dari domisili asal untuk studi. Pekerja dengan tugas atau penugasan di tempat berbeda pada hari pemilihan. Pasien rawat inap dengan pendamping keluarga di rumah sakit. Orang yang terdampak bencana alam sehingga harus pindah lokasi pemungutan suara. Penyandang disabilitas yang dirawat di panti sosial atau fasilitas kesehatan. Pemilih harus memastikan bahwa data diri dan dokumen pendukung tersedia lengkap untuk memperlancar proses verifikasi. Syarat dan Dokumen untuk Pindah TPS Online Untuk mengajukan pindah TPS online, pemilih wajib menyiapkan dokumen penting agar permohonan diterima KPU. Dokumen tersebut antara lain: Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) sebagai identitas utama. Kartu Keluarga (KK) yang memuat alamat tempat tinggal. Bukti pendukung alasan pindah seperti surat tugas, surat keterangan rawat inap, surat keterangan mahasiswa, atau dokumen resmi lainnya sesuai kategori pindah. Nomor Identitas Pemilih yang bisa dicek melalui sistem DPT KPU. Semua dokumen ini perlu diunggah dalam format digital melalui aplikasi LindungiHakmu saat mengisi formulir pengajuan. Langkah-Langkah Pindah TPS Secara Online di LindungiHakmu KPU Proses pindah TPS online dapat dilakukan langkah demi langkah sebagai berikut: Buka situs atau aplikasi resmi LindungiHakmu yang disediakan KPU. Registrasi atau login menggunakan nomor NIK dan informasi pribadi yang valid. Pilih opsi “Pindah TPS” dan isi formulir pengajuan dengan data lengkap. Unggah dokumen pendukung yang diperlukan sesuai alasan pindah. Kirimkan pengajuan dan tunggu proses verifikasi oleh petugas KPU. Jika pengajuan diterima, pemilih akan mendapatkan notifikasi dan Formulir A5 digital sebagai bukti resmi pindah memilih. Pelayanan ini mengutamakan kecepatan dan kemudahan akses agar pemilih bisa memanfaatkan hak pilihnya tanpa hambatan. Cara Cek Status Pengajuan Pindah TPS Online Setelah mengajukan permohonan pindah TPS secara online, pemilih dapat mengecek status pengajuan dengan mudah. Caranya: Masuk kembali ke situs atau aplikasi LindungiHakmu. Login pakai NIK dan data yang sudah terdaftar. Pilih menu "Status Pengajuan Pindah TPS" untuk melihat hasil verifikasi. Status akan menunjukkan apakah pengajuan diterima, ditolak, atau masih dalam proses. Pemilih dianjurkan untuk rutin mengecek status agar dapat segera melengkapi dokumen jika ada kekurangan dan memastikan hak pilihnya terlindungi. Batas Waktu Pengurusan dan Ketentuan Penting dari KPU KPU menetapkan batas akhir untuk mengajukan pindah TPS secara online paling lambat 7 hari sebelum tanggal pencoblosan, yaitu 7 Februari 2024. Pengajuan yang masuk setelah tanggal tersebut tidak akan diproses. Selain itu, pemilih diharapkan memenuhi semua persyaratan agar pengajuan tidak ditolak. Penting dicatat bahwa pindah TPS hanya berlaku untuk Pemilu 2024 dan tidak secara otomatis berlaku untuk Pemilu tahun berikutnya. Setiap pemilu harus mengajukan ulang perpindahan jika dibutuhkan. Kenapa Pengajuan Online Bisa Ditolak? (Penyebab dan Solusi) Pengajuan pindah TPS secara online bisa ditolak jika: Dokumen pendukung tidak lengkap atau tidak sesuai. Data identitas pemilih tidak valid atau tidak terdaftar di DPT. Alasan pindah tidak termasuk dalam ketentuan KPU. Kesalahan pengisian data formulir. Solusinya, pemilih harus memeriksa ulang kelengkapan dokumen, memastikan data yang diisi benar, dan jika perlu, menghubungi petugas KPU setempat untuk mendapatkan bimbingan dalam mengajukan ulang secara offline atau melengkapi kekurangan. Perbedaan Pindah TPS Online dan Offline (Manual lewat PPS/KPU) Meski KPU mulai menyediakan layanan pindah TPS online, mekanisme pengajuan offline tetap berjalan untuk daerah yang belum terjangkau teknologi digital atau pemilih yang kurang nyaman dengan proses daring. Perbedaan utama antara keduanya adalah: Aspek Pindah TPS Online Pindah TPS Offline Proses Dilakukan lewat aplikasi/situs KPU LindungiHakmu Melalui kunjungan langsung ke PPS, PPK, atau KPU kabupaten/kota Dokumen Diupload secara digital Diserahkan dalam bentuk fisik Verifikasi Dilakukan secara daring dan petugas lapangan Langsung oleh petugas saat kunjungan Kemudahan akses Praktis untuk pemilih jauh atau sibuk Lebih cocok untuk area dengan akses internet terbatas Waktu pengajuan Bisa dilakukan tanpa antrean Harus datang sesuai jam operasional kantor Kedua metode tetap sah dan bisa digunakan sesuai kebutuhan pemilih agar hak suara bisa diterima salah satu TPS yang disetujui. Baca Juga: Cara Pindah TPS: Syarat, Formulir A5, dan Langkah Lengkap

Cara Pindah TPS: Syarat, Formulir A5, dan Langkah Lengkap

Wamena - Menjelang Pemilu, banyak pemilih yang mungkin menghadapi situasi di mana mereka tidak bisa menggunakan hak pilihnya di TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang terdaftar sesuai alamat KTP. Untuk itu, KPU membuka mekanisme pindah TPS atau pindah memilih dengan menggunakan Formulir A5 yang penting agar pemilih tetap dapat menyalurkan hak suaranya di tempat lain. Artikel ini akan mengupas secara lengkap tentang cara pindah TPS, syarat, dokumen, dan lantaran apa saja yang diperbolehkan untuk pindah memilih. Pindah TPS atau pindah memilih adalah hak bagi pemilih yang sudah masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) namun berada di lokasi berbeda saat hari pemungutan suara. Misalnya, mahasiswa yang kuliah di luar daerah, pekerja yang bertugas di tempat lain, atau warga yang sedang rawat inap di fasilitas kesehatan. Pengurusan pindah TPS dapat dilakukan secara offline maupun online dengan mengikuti prosedur resmi KPU agar suara Anda sah dan tercatat. Apa Itu Pindah TPS dan Kapan Diperlukan? Pindah TPS adalah proses administrasi yang memungkinkan pemilih yang terdaftar dalam DPT untuk memilih di tempat lain selain TPS asal yang tertera dalam data KPU. Situasi pindah TPS diperlukan ketika pemilih tidak dapat datang ke TPS asal pada tanggal pemungutan suara karena alasan tertentu seperti tugas kerja, pendidikan, atau kondisi kesehatan. Dengan mekanisme ini, hak pilih tidak hilang dan pemilih tetap dapat menggunakan suaranya tanpa harus kembali ke TPS asal. Kebutuhan pindah TPS juga muncul saat lokasi pemilih sedang terdampak bencana atau dalam kondisi khusus seperti tahanan atau menjalani rehabilitasi. Penting untuk mengajukan permohonan pindah TPS agar data pemilih bisa diperbarui dan pemilih mendapatkan Surat Pindah Memilih atau Formulir A5 sebagai bukti resmi untuk memilih di TPS tujuan. Dasar Hukum dan Aturan Pindah TPS (Formulir A5) Dasar hukum pindah TPS diatur dalam Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2023 yang mengatur penyusunan daftar pemilih dan Peraturan KPU Nomor 25 Tahun 2023 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilu. Dalam aturan ini disebutkan bahwa pemilih yang pindah memilih wajib mendapatkan formulir model A5 atau Surat Pindah Memilih dari Panitia Pemungutan Suara (PPS) tempat asal memilih. Formulir A5 berfungsi sebagai bukti resmi yang harus dibawa saat hari pemungutan suara di TPS baru. Tanpa formulir ini, pemilih tidak bisa menggunakan hak suaranya di TPS berbeda dari alamat KTP. Aturan juga mengatur jenis pindah memilih yang berbeda tergantung jarak atau wilayah pindah, misalnya pindah dalam satu kabupaten, provinsi, atau bahkan lintas provinsi. Syarat dan Alasan yang Dibolehkan untuk Pindah Memilih Pindah TPS tidak bisa dilakukan sembarangan tanpa alasan yang jelas dan diizinkan oleh KPU. Beberapa alasan resmi yang diperbolehkan untuk pindah memilih, antara lain: Menjalankan tugas kerja di tempat lain pada hari pemungutan suara Sedang menempuh pendidikan menengah atau tinggi di luar domisili asal Menjalani rawat inap di rumah sakit dengan pendamping keluarga Menjadi tahanan di rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan Penyandang disabilitas yang menjalani perawatan di panti sosial atau rehabilitasi Terkena bencana alam yang mengharuskan pindah lokasi Pindah domisili atau bekerja di luar daerah rumah tinggal Semua alasan ini harus didukung dengan dokumen resmi seperti surat tugas, kartu mahasiswa, surat keterangan rumah sakit, atau bukti lainnya sebagai persyaratan pengajuan pindah memilih. Cara Pindah TPS Secara Offline ke KPU atau PPS Untuk pindah TPS secara offline, pemilih harus datang langsung ke kantor PPS, PPK, atau KPU Kabupaten/Kota tempat asal atau tujuan dengan membawa dokumen pendukung pindah memilih. Petugas di KPU akan melakukan verifikasi dan memetakan tempat pemungutan suara yang sesuai di lokasi baru. Setelah proses ini selesai, pemilih akan menerima Formulir A5 atau Surat Pindah Memilih sebagai tanda bukti resmi yang wajib dibawa saat hari pencoblosan. Disarankan untuk datang lebih awal mengingat batas waktu pengurusan pindah TPS paling lambat 30 hari sebelum pemilu. Cara Pindah TPS Secara Online (Aplikasi KPU/LindungiHakmu) Untuk kemudahan, KPU juga menyediakan layanan pindah TPS secara online melalui aplikasi resmi seperti LindungiHakmu. Pemilih dapat mengajukan permohonan pindah dengan mengisi formulir digital dan mengunggah dokumen bukti pendukung. Setelah pengajuan online diverifikasi, pemilih akan mendapatkan notifikasi dan Formulir A5 digital yang bisa dicetak atau disimpan sebagai bukti saat pencoblosan. Prosedur ini membantu mempercepat proses dan memudahkan pemilih yang berada jauh dari kantor KPU atau PPS. Dokumen yang Harus Disiapkan untuk Formulir A5 Pemilih yang ingin mengajukan pindah TPS harus menyiapkan beberapa dokumen penting, yaitu: KTP elektronik atau Kartu Keluarga (KK) sebagai identitas diri Salinan Formulir Model A atau tanda bukti terdaftar pemilih di TPS asal Dokumen pendukung alasan pindah seperti surat tugas, surat keterangan rawat inap, kartu mahasiswa, dll Dokumen ini wajib diserahkan saat pengajuan baik secara offline maupun online agar permohonan pindah TPS dapat diproses sesuai aturan. Batas Waktu Pengurusan Pindah TPS Menjelang Pemilu KPU menetapkan batas waktu pengajuan pindah TPS paling lambat 30 hari sebelum tanggal pemungutan suara, yaitu tanggal 15 Januari 2024. Namun, dalam kondisi khusus atau permintaan perpanjangan, batas ini dapat diperpanjang hingga 7 Februari 2024, yakni tujuh hari sebelum pencoblosan. Karena itu, pemilih diimbau untuk segera mengurus pindah TPS agar tidak terlambat dan bisa menggunakan hak suara secara sah di TPS tujuan. Contoh Situasi Pindah TPS (Mahasiswa, Pekerja, Pasien, dll) Berikut beberapa contoh situasi yang sering menjadi alasan pemilih mengajukan pindah TPS: Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar domisili asal dapat mengajukan pindah TPS agar bisa memilih di kampus atau sekitar tempat tinggal sementara. Pekerja dengan tugas di lokasi lain pada hari pemilu dapat mengurus pindah memilih agar tidak harus kembali ke kampung halaman. Pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit beserta keluarga pendampingnya bisa mengajukan pindah TPS agar tetap memiliki kesempatan memilih. Pemilih terdampak bencana alam dan sedang mengungsi di lokasi berbeda juga berhak mengajukan pindah memilih sesuai kondisi. Setiap situasi harus didukung dokumen sah agar permohonan diproses dan disetujui oleh KPU. Apa yang Terjadi Jika Tidak Mengurus Pindah TPS? Jika pemilih tidak mengurus pindah TPS dan tetap di lokasi berbeda dari TPS asal saat hari pencoblosan, maka hak suara tersebut tidak dapat digunakan di TPS lain. Pemilih hanya dapat menggunakan hak pilihnya di TPS yang terdaftar sesuai alamat e-KTP. Untuk yang berada jauh dari TPS asal, kondisi ini berarti kehilangan hak suara pada Pemilu 2024. Oleh karena itu, penting sekali mengurus pindah TPS jika memang tidak memungkinkan kembali ke TPS asal. Baca Juga: Perbedaan DPT, DPTb, dan DPK dalam Pemilu: Penjelasan Lengkap

Perbedaan DPT, DPTb, dan DPK dalam Pemilu: Penjelasan Lengkap

Wamena - Dalam proses pemilihan umum di Indonesia, terdapat beberapa istilah penting yang sering muncul sehubungan dengan daftar pemilih, yakni DPT, DPTb, dan DPK. Masing-masing memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda, namun semuanya bertujuan untuk memastikan semua warga negara yang berhak mendapat kesempatan untuk memberikan suara mereka secara sah dan adil. Memahami perbedaan ketiga kategori daftar pemilih ini akan membantu pemilih agar tidak bingung ketika mengurus data pemilihnya atau sedang mengikuti proses pemilu. DPT, DPTb, dan DPK sering kali menjadi topik yang hangat dibicarakan ketika menjelang pemilu. Setiap istilah merujuk pada jenis daftar pemilih yang berbeda sehingga mekanisme pendaftaran serta keterlibatan pemilihnya juga berbeda. Dengan penjelasan yang tepat dan mudah dimengerti, diharapkan masyarakat tidak hanya paham secara konsep, tapi juga tahu bagaimana langkah yang perlu ditempuh bila menghadapi situasi terkait data pemilihnya. Artikel ini akan membahas secara rinci poin-poin penting seputar ketiga jenis daftar pemilih tersebut. Apa Itu DPT, DPTb, dan DPK? DPT atau Daftar Pemilih Tetap adalah daftar resmi yang memuat nama-nama pemilih yang telah diverifikasi dan memenuhi semua ketentuan untuk memilih. DPT disusun secara sistematis berdasar data administrasi kependudukan yang valid dan hasil verifikasi lapangan yang dilakukan oleh petugas penyelenggara pemilu. Daftar ini memuat pemilih yang sudah dipastikan hak pilihnya dalam sebuah wilayah atau daerah pemilihan tertentu. DPTb atau Daftar Pemilih Tambahan merupakan daftar pemilih yang dibuat untuk mengakomodir warga yang belum tercatat dalam DPT karena satu dan lain hal, misalnya pindah domisili mendekati waktu pemilu, atau belum sempat melakukan pendaftaran awal. DPTb memberikan kesempatan kepada pemilih tersebut agar tetap dapat menggunakan hak suaranya melalui mekanisme khusus di TPS tertentu pada hari pemungutan suara. DPK atau Daftar Pemilih Khusus adalah daftar yang disiapkan bagi pemilih yang belum memenuhi syarat masuk ke DPT ataupun DPTb, namun masih berhak menggunakan hak pilihnya pada pemilu. Contohnya adalah pemilih yang belum terekam dalam administrasi kependudukan, atau anggota TNI/Polri aktif yang namanya belum ada di DPT. DPK memiliki proses dan aturan tersendiri sebagai solusi pemilih khusus agar tidak terpinggirkan. Perbedaan DPT, DPTb, dan DPK Secara Singkat Perbedaan utama ketiga daftar pemilih ini terletak pada status dan proses pendaftaran pemilihnya. DPT adalah daftar utama yang paling valid dan resmi, mencakup pemilih yang sudah teregistrasi lengkap dalam sistem administrasi kependudukan. Dengan kata lain, nama dalam DPT adalah yang sudah melalui proses verifikasi dan validasi data secara menyeluruh. DPTb berada satu tingkat di bawah DPT dan bersifat tambahan. Pemilih yang masuk pada daftar ini belum ada dalam DPT utama karena mungkin ada perpindahan atau keterlambatan pendaftaran, tapi masih dianggap sah dan diberikan kesempatan untuk memilih di lokasi yang sudah diatur. DPK adalah daftar pemilih yang sifatnya khusus dan bukan bagian dari DPT atau DPTb. Pemilih dalam DPK seringkali berasal dari kalangan tertentu yang memerlukan perlakuan khusus, seperti warga yang belum tercatat di pemerintahan penduduk ataupun aparat negara. Penggunaan DPK bertujuan agar hak suara tetap bisa diakomodasi tanpa mengganggu proses administrasi utama. Siapa yang Masuk ke DPT? Syarat dan Mekanismenya Pemilih yang masuk ke dalam DPT adalah warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat administratif dan faktual untuk memilih. Secara umum syaratnya adalah sudah berusia minimal 17 tahun pada hari pemungutan suara, terdaftar sebagai penduduk di daerah pemilihan yang bersangkutan, dan memiliki dokumen kependudukan resmi seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mekanisme masuk ke DPT meliputi proses pendataan oleh Disdukcapil dan verifikasi data melalui petugas PPS di tingkat desa/kelurahan. Verifikasi ini biasanya melibatkan pemutakhiran data serta klarifikasi status pemilih yang melakukan perpindahan domisili, perubahan data kependudukan, maupun pengecekan validitas dokumen. Proses ini dilakukan beberapa bulan sebelum pemilu agar DPT yang dihasilkan benar-benar akurat dan terpercaya. DPTb: Solusi untuk Pemilih yang Pindah Lokasi Memilih DPTb dibuat untuk memberi ruang bagi pemilih yang mengalami kondisi pindah domisili mendekati waktu pemilu sehingga belum sempat terdaftar dalam DPT utama. Misalnya seseorang yang biasanya berdomisili di kota A tapi pindah ke kota B beberapa minggu sebelum pemilu. Dengan adanya DPTb, pemilih tersebut bisa menggunakan hak suaranya di tempat baru tersebut melalui daftar tambahan yang disediakan. Pemilih dalam DPTb masih harus melakukan pendaftaran tambahan dan menunjukkan dokumen sebagai bukti keberadaan baru. Proses pendaftarannya biasanya dilakukan di PPS atau PPK setempat, dan harus lengkap sebelum waktu pencoblosan. Ini menjadi solusi penting agar pemilih tidak kehilangan hak suara akibat perpindahan yang terlambat. DPK: Daftar Pemilih Khusus untuk yang Belum Terdaftar DPK adalah daftar yang memungkinkan pemilih yang belum terdaftar di DPT maupun DPTb untuk tetap berpartisipasi dalam pemilu. Kelompok yang termasuk dalam DPK misalnya warga yang belum memiliki dokumen kependudukan, anggota TNI/Polri aktif yang belum masuk daftar, serta warga yang sedang menjalani proses pendataan administratif. Pendaftaran DPK dilakukan dengan prosedur khusus dan membutuhkan koordinasi ketat antar lembaga terkait. Pemilih yang masuk DPK menggunakan formulir yang berbeda dan biasanya diberikan fasilitas khusus di tempat pemungutan suara agar bisa mencoblos tanpa kendala. Tujuan DPK adalah memastikan semangat inklusifitas pemilu tetap terjaga. Tabel Perbandingan DPT vs DPTb vs DPK Kategori DPT (Daftar Pemilih Tetap) DPTb (Daftar Pemilih Tambahan) DPK (Daftar Pemilih Khusus) Definisi Daftar utama pemilih yang sudah terverifikasi dan valid Daftar tambahan untuk pemilih pindah domisili atau terlambat daftar Daftar khusus untuk pemilih yang belum terdaftar di DPT dan DPTb Syarat Memenuhi syarat usia, domisili, dan dokumen resmi Pindah domisili mendekati pemilu, belum masuk DPT Belum memiliki dokumen lengkap, anggota TNI/Polri, pemilih khusus lain Tempat Mengurus Disdukcapil, PPS, PPK PPS, PPK setempat KPU dan PPS khusus Hak Memilih Memilih di TPS sesuai alamat domisili Memilih di TPS di lokasi baru sesuai DPTb Memilih dengan prosedur khusus di TPS khusus Contoh Situasi Warga terdaftar dan sudah diverifikasi data Pindah kerja atau sekolah di kota lain Warga belum memiliki KTP, anggota TNI yang belum terdaftar Kapan dan Di Mana Mengurus DPTb atau DPK? Pengurusan DPTb dan DPK harus dilakukan sebelum hari pemungutan suara sesuai dengan waktu yang telah diatur oleh KPU. Batas waktu ini biasanya beberapa minggu hingga beberapa bulan sebelum pemilu agar petugas dapat memproses data dan menyusun daftar pemilih tambahan dan khusus dengan baik. Tempat pengurusan DPTb dan DPK adalah di tingkat Panitia Pemungutan Suara (PPS) di desa atau kelurahan, serta Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) bagi yang memerlukan prosedur lebih lanjut. Jika diperlukan, masyarakat juga bisa berkoordinasi dengan kantor KPU kabupaten atau kota setempat. Pastikan membawa dokumen pendukung seperti KTP, surat pindah, dan dokumen lain yang relevan agar proses berjalan lancar. Baca Juga: Nama Tidak Muncul di DPT Online? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Nama Tidak Muncul di DPT Online? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Wamena - Dalam setiap pemilihan umum, memastikan nama kita tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) menjadi hal yang sangat penting agar hak suara bisa digunakan dengan maksimal dan sah. Namun, terkadang ada sebagian masyarakat yang merasa kebingungan karena ketika memeriksa data di situs resmi DPT online, ternyata namanya tidak muncul. Hal ini tentu membuat khawatir dan menjadi pertanyaan besar bagi pemilih yang ingin berpartisipasi aktif di pemilu. Kondisi ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang penting untuk dipahami agar dapat diatasi dengan tepat waktu. Pengecekan DPT secara online menjadi solusi praktis bagi pemilih untuk memastikan keberadaan datanya dalam daftar resmi pemilih. Melalui platform seperti cekdptonline.kpu.go.id, pemilih bisa mengecek secara langsung dengan memasukkan nomor induk kependudukan (NIK) dan data tambahan lainnya. Namun demikian, tidak sedikit yang mengalami kendala saat nama mereka tidak tampil meski yakin sudah terdaftar. Oleh karena itu, mengetahui penyebab serta cara mengatasi masalah ini sangat penting agar tidak kehilangan hak suara saat pemilu berlangsung. Kenapa Nama Tidak Muncul di DPT Online? Ini Penyebab Umumnya Sebab utama mengapa nama seseorang tidak muncul di DPT online biasanya terkait dengan data yang belum lengkap atau belum terinput secara benar dalam database Komisi Pemilihan Umum (KPU). Salah satu kemungkinan yang sering terjadi adalah kesalahan atau ketidaksesuaian data administrasi kependudukan, seperti NIK yang tidak valid atau belum terkoneksi dengan database pemilih. Selain itu, ada juga kemungkinan pemilih tersebut belum terdaftar karena belum melakukan perekaman data pada sistem administrasi kependudukan secara resmi, sehingga belum masuk dalam daftar pemilih tetap. Perlu diketahui juga bahwa proses pendaftaran pemilih dan koreksi data DPT dilakukan secara berkala dan ada batas waktu tertentu yang sudah ditetapkan oleh KPU. Jika pemilih terlambat melakukan update data atau ada perubahan alamat tapi belum dilaporkan, nama pun tidak akan muncul di DPT online. Kesalahan teknis juga kadang terjadi seperti update data yang belum diinput ke sistem daring, atau masalah konektivitas data antara pemerintah daerah dan pusat. Pemahaman akan berbagai penyebab ini dapat membantu pemilih untuk segera mengambil langkah yang tepat agar namanya bisa tampil dan hak suara tetap terjaga. Cara Mengecek DPT Online Lewat Website dan Aplikasi KPU Untuk mengecek keberadaan nama dalam DPT online, pemilih dapat mengakses situs resmi KPU di cekdptonline.kpu.go.id. Di situs ini, pengguna hanya perlu memasukkan NIK kartu identitas dan input data tambahan seperti nama lengkap dan tanggal lahir. Setelah data dimasukkan, sistem akan memproses dan menampilkan informasi apakah nama pemilih terdaftar di DPT atau tidak. Selain web, aplikasi KPU juga memberikan layanan yang sama dengan antar muka yang mudah untuk dioperasikan. Penting bagi pemilih untuk memastikan memasukkan data sesuai dengan dokumen resmi agar hasil pencarian lebih akurat. Jika muncul pesan bahwa nama tidak terdaftar, jangan ragu untuk langsung mencari informasi selanjutnya atau melaporkan kekurangan data tersebut kepada petugas penyelenggara pemilu setempat. Mengecek DPT secara rutin dapat membantu pemilih lebih waspada dan siap menghadapi tahapan pemilu sehingga tidak kehilangan hak suara karena masalah administratif. Langkah yang Harus Dilakukan Jika Nama Tidak Terdaftar di DPT Apabila hasil pengecekan menunjukkan bahwa nama pemilih tidak terdaftar dalam DPT online, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan klarifikasi dan pengecekan ulang data kependudukan dengan instansi terkait. Pemilih disarankan untuk segera menghubungi atau mendatangi Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kelurahan atau desa untuk menanyakan status pendaftaran. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk memastikan apakah ada kesalahan input data atau dokumen yang kurang lengkap. Selain itu, pemilih juga bisa mengontak atau melapor ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) atau langsung ke kantor KPU di wilayahnya. Biasanya, petugas akan membantu mengecek dan memperbaiki data tersebut. Kesempatan perbaikan data biasanya dibatasi waktu, sehingga penting untuk segera bertindak setelah mengetahui nama tidak muncul. Proses perbaikan ini melibatkan verifikasi dokumen dan konfirmasi identitas agar data pemilih bisa masuk ke DPT dengan benar. Cara Melapor ke PPS/PPK atau KPU dan Dokumen yang Dibutuhkan Melaporkan nama yang tidak muncul dalam DPT online dapat dilakukan dengan menghubungi ketiga tingkatan penyelenggara pemilu, yaitu PPS, PPK, dan KPU. Pelaporan ini bisa dilakukan secara langsung ke kantor masing-masing atau melalui layanan daring apabila tersedia. Saat melapor, pemilih wajib membawa dokumen yang lengkap sebagai bukti identitas, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli dan fotokopi, Kartu Keluarga (KK), dan dokumen lain yang mendukung, seperti surat keterangan pindah atau perubahan data. Pihak penyelenggara kemudian akan melakukan verifikasi data untuk memastikan keabsahan laporan. Setelah data valid, petugas akan membantu memasukkan data pemilih ke sistem secara resmi sehingga nama dapat muncul di DPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaporan ini sangat krusial karena menjadi dasar dalam perbaikan dan pemutakhiran data pemilih untuk pemilu yang akan datang. Solusi Alternatif: Gunakan Form A5, DPTb, atau DPK Jika hingga batas waktu perbaikan data, nama pemilih masih belum muncul dalam DPT online, pemilih tidak perlu khawatir. Ada beberapa solusi alternatif yang disiapkan oleh KPU agar pemilih tetap bisa menggunakan hak suaranya. Salah satunya adalah dengan menggunakan Formulir A5, yaitu formulir khusus yang digunakan untuk pemilih yang tidak terdaftar di DPT tetapi masih memenuhi syarat. Selain Form A5, ada pula daftar pemilih tambahan (DPTb) dan daftar pemilih khusus (DPK) yang diatur untuk pemilih yang belum tercatat atau berpindah domisili. Pemilih yang belum terdaftar dapat memberikan formulir ini kepada petugas pemungutan suara saat hari pemilu untuk dapat mencoblos dengan sah. Dengan adanya mekanisme ini, diharapkan tidak ada pemilih yang kehilangan hak suara hanya karena permasalahan pencatatan data. Tips Agar Data Pemilih Tidak Hilang di Pemilu Berikutnya Agar nama pemilih tidak hilang atau tidak muncul lagi saat cek DPT di masa mendatang, pemilih perlu memastikan data kependudukan selalu terupdate dan akurat. Hal ini bisa dilakukan dengan rutin mengecek dan memperbarui data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) setempat, terutama jika ada perubahan KTP elektronik, pindah alamat, atau perubahan data pribadi lainnya. Selain itu, partisipasi aktif saat proses verifikasi data pemilih yang biasanya dilakukan petugas KPU di wilayah masing-masing juga sangat disarankan. Pemilih juga penting memahami batas waktu perbaikan data dan segera melaporkan bila menemukan kesalahan atau ketidaksesuaian data. Dengan langkah-langkah tersebut, pemilih dapat memastikan data tercatat rapi serta terjaga kevalidannya, sehingga dapat menggunakan hak suara dengan lancar pada pemilu berikutnya. Baca Juga: Kisah Silas Papare: Dari Perlawanan Rakyat Papua hingga Bergabung dengan Indonesia

Kisah Silas Papare: Dari Perlawanan Rakyat Papua hingga Bergabung dengan Indonesia

Wamena - Silas Papare adalah seorang tokoh besar dari tanah Papua yang dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia lahir di Serui, Papua, pada tanggal 18 Desember 1918. Sejak muda, Silas sudah dikenal sebagai sosok yang berani dan peduli terhadap nasib bangsanya. Kehidupannya sederhana, namun semangat perjuangan yang ia miliki luar biasa besar. Ia percaya bahwa rakyat Papua harus memiliki kedudukan yang sama dengan daerah lain di Indonesia dan tidak terus berada di bawah kekuasaan penjajah Belanda. Silas berasal dari keluarga sederhana, dan masa kecilnya dihabiskan di pesisir Serui yang tenang. Ia menempuh pendidikan dasar di sekolah misi, tempat di mana ia belajar membaca, menulis, dan mengenal dunia luar. Dari pendidikan itulah, Silas mulai membuka pikirannya tentang ketidakadilan yang dialami masyarakat Papua. Ia menyadari bahwa penjajahan hanya membawa penderitaan dan ketimpangan bagi rakyat kecil. Dari kesadaran itulah, semangat perjuangannya mulai tumbuh dan berkembang. Dalam perjalanan hidupnya, Silas tidak hanya dikenal sebagai tokoh politik, tetapi juga sebagai pejuang rakyat yang dekat dengan masyarakat. Ia sering berdialog dengan warga tentang pentingnya kemerdekaan dan kesetaraan. Sikapnya yang sederhana dan rendah hati membuatnya disegani oleh banyak orang. Ia menjadi simbol semangat perjuangan rakyat Papua yang ingin hidup merdeka dan sejajar dengan seluruh bangsa Indonesia.   Perjuangan Awal Melawan Kolonialisme Belanda di Papua Perjalanan perjuangan Silas Papare dimulai ketika ia melihat langsung bagaimana Belanda menindas masyarakat Papua. Saat itu, rakyat Papua dipaksa tunduk kepada kekuasaan kolonial, sementara hak-hak mereka sering diabaikan. Melihat hal itu, Silas merasa terpanggil untuk melawan. Ia mulai aktif dalam berbagai kegiatan yang menentang kebijakan Belanda. Dengan semangat tinggi, ia mengajak masyarakat untuk tidak takut memperjuangkan keadilan. Karena aktivitasnya yang semakin berani, Silas sering diawasi oleh pihak Belanda. Namun, hal itu tidak membuatnya mundur. Ia justru semakin bersemangat untuk melanjutkan perjuangan. Ia mendirikan kelompok-kelompok kecil yang berfungsi untuk menyebarkan semangat nasionalisme dan kesadaran akan pentingnya kemerdekaan. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menekankan bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia dan harus ikut dalam perjuangan bangsa. Dalam masa-masa sulit itu, Silas juga harus menghadapi ancaman dan tekanan dari pihak kolonial. Ia pernah ditangkap dan dipenjara karena dianggap menghasut rakyat. Namun, meskipun berada di balik jeruji besi, semangat perjuangannya tidak pernah padam. Ia terus berjuang melalui pesan-pesan dan tulisan yang dikirimkan kepada kawan-kawan seperjuangan di luar. Setelah keluar dari penjara, ia kembali melanjutkan perlawanan dengan semangat yang lebih kuat.   Peran Silas Papare dalam Integrasi Papua ke Indonesia Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945, Silas Papare menjadi salah satu tokoh yang paling aktif memperjuangkan agar Papua ikut bergabung dengan Indonesia. Saat itu, Belanda masih berusaha mempertahankan kekuasaannya di Papua dan menolak memasukkannya ke dalam wilayah NKRI. Namun, Silas menolak keras rencana tersebut. Ia yakin bahwa Papua adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia. Untuk memperjuangkan hal itu, Silas membentuk organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) di Serui. Melalui organisasi ini, ia berupaya menyatukan masyarakat Papua yang masih ragu terhadap Indonesia. Ia menyebarkan semangat nasionalisme dan menjelaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah juga kemerdekaan untuk rakyat Papua. Dengan cara ini, Silas berhasil menggerakkan banyak pemuda dan tokoh lokal untuk mendukung integrasi dengan Indonesia. Tidak hanya di Papua, Silas juga aktif menjalin komunikasi dengan tokoh-tokoh nasional di luar daerah. Ia ikut membantu pemerintah Indonesia dalam upaya diplomasi agar Papua diakui sebagai bagian dari Indonesia. Perjuangannya tidak mudah, karena harus berhadapan dengan propaganda Belanda yang mencoba memecah belah rakyat Papua. Namun dengan keyakinan dan kerja keras, Silas tetap teguh pada pendiriannya hingga akhirnya perjuangan itu membuahkan hasil pada tahun 1969 dengan pelaksanaan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat).   Keterlibatan dalam Konferensi Malino dan Pergerakan Politik Salah satu momen penting dalam perjuangan Silas Papare adalah keterlibatannya dalam Konferensi Malino tahun 1946. Dalam konferensi ini, para tokoh dari berbagai wilayah di Indonesia diundang untuk membahas masa depan Indonesia setelah kemerdekaan. Silas hadir sebagai wakil dari Papua dan menyuarakan pendapatnya bahwa Papua harus menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberaniannya dalam menyuarakan hal itu membuatnya semakin dikenal sebagai tokoh nasionalis sejati dari tanah Papua. Setelah konferensi tersebut, Silas semakin aktif dalam dunia politik. Ia terus memperjuangkan gagasannya melalui berbagai organisasi dan forum diskusi. Ia berusaha meyakinkan masyarakat Papua bahwa bergabung dengan Indonesia akan membawa masa depan yang lebih baik. Dalam setiap pertemuan, ia selalu menekankan pentingnya persatuan dan kesetaraan antar daerah. Ia ingin agar Papua tidak tertinggal dan bisa ikut membangun Indonesia bersama-sama. Selain itu, Silas juga berperan dalam proses politik menuju pelaksanaan Pepera pada tahun 1969. Ia menjadi salah satu tokoh yang dipercaya untuk menyuarakan aspirasi rakyat Papua agar tetap berada di bawah NKRI. Dalam proses panjang itu, peran diplomatik dan pengaruh politik Silas sangat besar. Ia menjadi jembatan antara pemerintah pusat dan masyarakat Papua. Usahanya yang gigih akhirnya ikut mengantarkan Papua secara resmi menjadi bagian dari Indonesia.   Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional dan Warisannya bagi Generasi Papua Atas jasa dan perjuangannya yang luar biasa, pemerintah Indonesia menetapkan Silas Papare sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1993. Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan terhadap perjuangannya dalam menyatukan Papua dengan Indonesia. Ia dikenang sebagai tokoh yang tidak hanya berani melawan penjajahan, tetapi juga mampu menyatukan rakyat melalui pikiran dan tindakan nyata. Nama Silas Papare kini diabadikan di berbagai tempat di Indonesia, terutama di Papua. Salah satu yang terkenal adalah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI Silas Papare) yang digunakan oleh TNI AL sebagai bentuk penghormatan atas jasanya. Selain itu, namanya juga menjadi inspirasi bagi banyak sekolah, jalan, dan lembaga pendidikan di tanah Papua. Semua itu menjadi tanda bahwa perjuangannya masih hidup hingga hari ini. Warisan perjuangan Silas Papare bagi generasi muda Papua sangatlah besar. Ia mengajarkan bahwa cinta tanah air tidak hanya ditunjukkan dengan kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata. Semangatnya mengingatkan kita semua bahwa perjuangan untuk persatuan bangsa harus terus dijaga. Dari sosok Silas Papare, generasi sekarang bisa belajar tentang keberanian, kesetiaan, dan semangat nasionalisme yang tidak pernah padam meski menghadapi berbagai rintangan. Baca Juga: Johannes Abraham Dimara: Pahlawan Integrasi Papua ke Indonesia

Johannes Abraham Dimara: Pahlawan Integrasi Papua ke Indonesia

Wamena - Johannes Abraham Dimara adalah salah satu pahlawan nasional asal Papua yang dikenal karena perjuangannya dalam menyatukan Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia lahir di Korem, Pulau Biak, pada tanggal 16 April 1916. Sejak muda, Dimara sudah menunjukkan semangat juang yang kuat dan keberanian luar biasa. Sosoknya dikenal sederhana, tetapi memiliki tekad yang besar untuk membela kebenaran dan keadilan bagi rakyat Papua. Dimara berasal dari keluarga yang hidup sederhana. Ayahnya bekerja sebagai nelayan, dan kehidupannya di kampung membuat Dimara tumbuh dekat dengan alam dan masyarakat sekitar. Dari pengalaman hidupnya itu, ia belajar tentang arti gotong royong dan kebersamaan. Meskipun pendidikan formalnya tidak tinggi, pemikiran dan semangat nasionalismenya berkembang pesat setelah ia berinteraksi dengan berbagai tokoh pergerakan di masa penjajahan Belanda. Nama Johannes Abraham Dimara kemudian mulai dikenal karena perjuangannya yang konsisten dalam memperjuangkan kemerdekaan dan integrasi Papua. Ia tidak hanya dikenal di wilayah timur Indonesia, tetapi juga di tingkat nasional. Dedikasinya membuat banyak orang menghormatinya, dan karena perjuangan besarnya, ia mendapat julukan sebagai “Pahlawan Cenderawasih”, simbol dari keberanian dan kebanggaan masyarakat Papua.   Masa Muda dan Kesadaran Nasionalisme di Tanah Papua Pada masa mudanya, Dimara mengalami langsung bagaimana kerasnya kehidupan di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Ia melihat bagaimana masyarakat Papua diperlakukan tidak adil, dan hal itu menumbuhkan semangatnya untuk melawan ketidakbenaran. Dimara kemudian aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, yang menjadi awal dari kesadarannya terhadap pentingnya perjuangan kemerdekaan. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945, berita itu menyebar hingga ke tanah Papua. Meski jauh dari pusat pemerintahan, semangat kemerdekaan itu membangkitkan harapan baru bagi Dimara dan banyak pemuda Papua lainnya. Mereka merasa bahwa Papua seharusnya juga menjadi bagian dari Indonesia yang merdeka. Sejak saat itu, Dimara mulai bertekad untuk berjuang agar Papua bisa bergabung ke dalam NKRI. Dalam masa itu, Dimara banyak belajar dari tokoh-tokoh perjuangan lain yang sudah lebih dulu berjuang di wilayah Maluku dan Papua. Ia juga menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok pro-Indonesia untuk memperkuat pergerakan di wilayah timur. Dari perjuangan kecil itulah, kesadaran nasionalisme di Papua mulai tumbuh, dan Dimara menjadi salah satu tokoh penting yang memelopori semangat tersebut di tanah kelahirannya.   Perjuangan Mengibarkan Merah Putih di Biak dan Penahanan oleh Belanda Salah satu peristiwa paling bersejarah dalam hidup Johannes Abraham Dimara adalah ketika ia memimpin pengibaran bendera Merah Putih di Biak pada tahun 1946. Pada masa itu, Papua masih berada di bawah kekuasaan Belanda, dan tindakan mengibarkan bendera Indonesia dianggap sebagai bentuk pemberontakan. Namun, Dimara dan rekan-rekannya tidak gentar. Mereka percaya bahwa bendera merah putih adalah simbol kemerdekaan yang harus dikibarkan di seluruh tanah air Indonesia, termasuk Papua. Aksi pengibaran bendera itu sempat menimbulkan ketegangan besar. Belanda menganggap tindakan Dimara sebagai ancaman terhadap kekuasaan mereka. Tidak lama kemudian, ia ditangkap dan dipenjarakan. Selama masa penahanan, Dimara mengalami berbagai tekanan dan siksaan, tetapi ia tidak pernah menyerah. Bahkan di dalam penjara, ia tetap menunjukkan semangat perjuangan dan terus mengobarkan harapan agar Papua bisa menjadi bagian dari Indonesia. Setelah beberapa tahun ditahan, akhirnya Dimara dibebaskan. Namun, kebebasan itu tidak membuatnya berhenti berjuang. Ia kembali aktif dalam pergerakan pro-Indonesia dan memperluas pengaruhnya ke berbagai daerah di Papua. Pengalaman pahit saat ditangkap justru membuatnya semakin yakin bahwa perjuangan untuk kemerdekaan harus diteruskan sampai berhasil. Semangat pantang menyerah inilah yang membuat namanya dikenang sebagai pejuang sejati dari tanah Papua.   Peran Dimara dalam Integrasi Papua dan Pepera 1969 Setelah Indonesia merdeka, perjuangan untuk memasukkan Papua ke dalam wilayah NKRI masih terus berlanjut. Belanda masih ingin mempertahankan wilayah tersebut dengan alasan sejarah dan perbedaan budaya. Namun, Johannes Abraham Dimara menjadi salah satu tokoh yang dengan tegas menolak hal itu. Ia yakin bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia secara utuh. Karena sikapnya yang kuat dan komitmennya terhadap persatuan, ia dipercaya untuk ikut berperan dalam proses diplomasi dan integrasi Papua. Pada tahun 1960-an, Dimara bergabung dengan berbagai organisasi dan panitia yang membahas masa depan Papua. Salah satu momen penting adalah ketika ia turut berperan dalam Panitia Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) tahun 1969. Dalam proses ini, rakyat Papua diberikan kesempatan untuk menentukan apakah mereka ingin bergabung dengan Indonesia atau tidak. Dimara menjadi sosok yang aktif menyuarakan pilihan untuk tetap bersatu dengan Indonesia, dan upayanya berhasil memengaruhi banyak pihak. Selain terlibat secara langsung dalam Pepera, Dimara juga aktif dalam kegiatan sosial dan politik untuk memperkuat kesadaran nasional di kalangan rakyat Papua. Ia sering berkeliling ke berbagai daerah untuk menjelaskan pentingnya persatuan dan keutuhan bangsa. Perannya tidak hanya sebagai pejuang, tetapi juga sebagai penggerak dan motivator bagi masyarakat. Melalui perjuangan panjangnya, integrasi Papua akhirnya dapat terwujud dan diakui secara sah dalam bingkai NKRI.   Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional dan Warisan Perjuangannya Atas jasa-jasanya yang besar dalam memperjuangkan integrasi Papua ke Indonesia, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Johannes Abraham Dimara pada tahun 2011. Penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan atas perjuangannya yang panjang dan penuh pengorbanan. Dimara bukan hanya berjuang dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata yang membawa perubahan besar bagi tanah kelahirannya. Selain gelar kehormatan tersebut, perjuangan Dimara juga dikenang melalui berbagai simbol dan kegiatan nasional. Patung Johannes Abraham Dimara berdiri megah di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, sebagai pengingat perjuangan dan semangatnya. Ia dikenang sebagai sosok yang berani, setia pada negara, dan memiliki cinta yang mendalam terhadap Papua dan Indonesia. Julukannya sebagai “Pahlawan Cenderawasih” menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat Papua hingga hari ini. Warisan perjuangan Dimara tidak hanya tercatat dalam sejarah, tetapi juga hidup dalam semangat generasi muda Papua. Ia mengajarkan arti kesetiaan, keberanian, dan semangat pantang menyerah dalam membela bangsa. Nilai-nilai perjuangan yang ia tanamkan menjadi teladan bahwa cinta tanah air tidak mengenal batas wilayah atau suku. Melalui kisah hidupnya, Johannes Abraham Dimara menjadi bukti nyata bahwa dari ujung timur Indonesia pun, lahir pahlawan besar yang mencintai Indonesia sepenuh hati. Baca Juga: Marthen Indey: Pahlawan Papua yang Memperjuangkan Integrasi ke Indonesia