Bimbingan Teknis Fotografi Dan Editing Berita Pada Media Sosial KPU
Wamena, 24 September 2025 – KPU Provinsi Papua Pegunungan menggelar kegiatan pembekalan di Aula Pilamo Demokrasi, menghadirkan narasumber Stefanus Tarsi Ahmad, Protokoler Kehumasan Provinsi bidang fotografi. Dalam penyampaian materinya, ia menegaskan bahwa fotografi adalah instrumen strategis yang tidak terpisahkan dari peran kehumasan modern. Kegiatan ini diikuti oleh Kasubag Keuangan, Kasubbag Umum, staf PNS maupun CPNS, serta mahasiswa PPL dari Universitas Unaim Balim Wamena. Sebagai fotografer berpengalaman, Stefanus membahas beberapa pokok penting, antara lain: 1. Fotografi sebagai media komunikasi humas, 2. Pengenalan dasar-dasar teknis fotografi, 3. Prinsip komposisi foto, 4. Elemen utama pencahayaan (segitiga eksposur), dan 5. Variasi teknik pengambilan gambar berdasarkan jarak (shot size). Selain itu, Daud Mita, Kasubag Keuangan sekaligus senior fotografer, menekankan bahwa keberhasilan humas tidak hanya bergantung pada tulisan dan data, tetapi juga pada kemampuan menghadirkan visual yang mampu memperkuat pesan lembaga. Menurutnya, foto yang baik adalah media sosialisasi paling cepat, tepat, dan efektif untuk menjangkau publik. Dalam materi, juga dipaparkan kembali fungsi humas sebagai jembatan komunikasi lembaga dengan masyarakat. Fungsi ini mencakup komunikator, pengelola reputasi, penghubung dengan media, manajemen krisis, serta publikasi dalam berbagai format. Fotografi memainkan peran penting melalui visual storytelling. Foto yang kuat mampu membangkitkan emosi, menyampaikan pesan lebih cepat daripada teks panjang, sekaligus memperkuat kredibilitas lembaga. Di era digital, konten visual bahkan lebih mudah tersebar melalui media sosial dan portal berita. Lebih jauh, narasumber memperkenalkan beberapa teknik dasar fotografi: • Rule of Thirds: membagi bidang gambar menjadi sembilan bagian untuk menempatkan objek secara seimbang, • Leading Lines: memanfaatkan garis alami untuk mengarahkan perhatian penonton, • Framing: menggunakan elemen sekitar untuk membingkai objek utama. Ditekankan pula konsep Segitiga Eksposur: • Aperture yang menentukan jumlah cahaya sekaligus kedalaman ruang, • Shutter Speed yang berperan mengatur kecepatan tangkapan momen, • ISO yang memengaruhi sensitivitas sensor terhadap cahaya. Di samping itu, peserta juga dikenalkan dengan variasi shot size, mulai dari Extreme Long Shot, Long Shot, Medium Shot, Close Up, Big Close Up, hingga Extreme Close Up, yang masing-masing berfungsi untuk membangun nuansa cerita yang berbeda. Tambahan penting lain adalah penekanan pada etika fotografi humas: pentingnya menghargai privasi subjek, menghindari manipulasi berlebihan, serta memastikan foto yang ditampilkan merepresentasikan fakta dengan benar. Selain aspek teknis, fotografer humas juga dituntut memahami psikologi visual—bagaimana warna, pencahayaan, dan sudut pengambilan gambar bisa memengaruhi emosi audiens. Melalui materi ini, peserta diharapkan tidak hanya memahami cara memotret, tetapi juga mampu menghasilkan karya visual yang informatif, estetik, sekaligus mendukung tujuan komunikasi lembaga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fotografi dan kehumasan adalah kombinasi yang saling menguatkan: humas memerlukan foto untuk menyampaikan pesan dengan efektif, sementara fotografi mendapatkan nilai tambah melalui narasi yang disusun humas.